PP Properti, Tbk (PPRO), yang IPO pada tanggal 19 Mei 2015 pada harga Rp 185, akhirnya kini mencapai harga wajarnya pada Rp 505 setelah sempat menyentuh Rp535. Harga IPO yang terlalu rendah, hanya mencerminkan sekitar 1x PBV, sangat tidak mencerminkan potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh PPRO. Alhasil, sulit bagi PPRO untuk mendapat apresiasi dari pasar.
Persiapan IPO PPRO kurang matang dengan hanya mengandalkan nama besar pemegang saham, yaitu PT PP (Persero) tbk, BUMN konstruksi berkode PTPP. Padahal ada banyak hal yang dapat dilakukan sebelumnya, yaitu memperkuat brand proyek-proyek PPRO di pasar. Atau menarik perhatian pasar tentang kontribusinya kepada kinerja induknya.
Selain itu penjamin emisi efek yang diperbantukan oleh PPRO kurang memiliki keyakinan terhadap kinerja PPRO. Target price yang mereka tetapkan adalah Rp250, yaitu hanya sekitar 1,3x PBV. Padahal PBV sektor properti saat itu sudah di atas 2x. Dengan harga yang ditetapkan itu maka pasar secara alamiah memiliki level sugestif maksimal. Artinya, karena mereka kurang yakin dengan jejak rekam saham baru, investor tidak akan membeli di level Rp250.
Untungnya kondisi yang terlalu murah ini dengan sigap diketahui pasar. Dengan cepat tahun ini saham PPRO naik dari Rp175 di akhir tahun menjadi Rp505. Harga Rp505 ini mencerminkan 2,1x PBV, setara rata-rata sektor properti.
Add Comment