Infrastructure Markets

IPO Cikarang Listrindo, Layakkah Harganya Mahal?

Cikarang Listrindo cari dana Rp3,5 triliun untuk perbesar kapasitas produksi listrik. Dengan harga IPO Rp1.970 per saham, rasio Price-to-Book Value (PBV)nya sampai dengan 7,35 kali. Layakkah? Ya,untuk investor tertentu.

Per tanggal 31 Desember 2015, total aset Perseroan adalah US$1 miliar atau ekuivalen Rp13 triliun dengan nilai buku ekuitas US$337 miliar atau ekuivalen Rp4,55 triliun. Dengan jumlah saham beredar 17 miliar lembar, maka nilai buku persahamnya hanya Rp268/ saham.

Pendapatan Perseroan tahun 2015 adalah US$547,9 juta (ekuivalen Rp7,4 triliun) dengan laba bersih US$80 juta (ekuivalen Rp1,08 triliun atau sekitar Rp63/ saham) dan arus kas bersih dari aktivitas operasional sebesar US$147 juta (atau Rp19,1 triliun). Dengan utilisasi kapasitas yang sudah mencapai 95%, tidak ada potensi pertumbuhan lagi yang dapat diharapkan dari asetnya yang sekarang.

Bank of Singapore mengkategorikan Perseroan sebagai investasi yang memiliki profil risiko cukup tinggi, yaitu peringkat 4 dari 5, di mana 5 adalah yang paling berisiko.

Sektor utilitas adalah sektor yang diminati oleh investor dengan perspektif jangka panjang, punya dana yang kuat dan kebutuhan dana yang teratur, dan mungkin memiliki agenda tersendiri dalam kerangka pembangunan infrastruktur yang lebih besar. Dan mungkin saja harga mahal ini malah untuk menyisihkan investor-investor yang tak diinginkan yaitu retail dan non stratejik.

Informasi Penawaran Umum Cikarang Listrindo
PT Cikarang Listrindo Tbk adalah produsen listrik independen (IPP) yang memasok listrik secara eksklusif ke 5 kawasan industri di area Cikarang, Jawa Barat dengan konsensi sampai 2036. Kelima kawasan itu termasuk Jababeka, Jatim Industrial Park, Megapolis Manunggal, Gunung Ceremai Inti (Lippo Cikarang) dan Hyundai Inti. Basis konsumennya sebagian besar adalah perusahaan multinasional. Selain itu Perseroan juga menjual listrik ke PLN dengan basis take-or-pay. Kontribusi kawasan industri terhadap total pendapatan adalah 70%.

Awalnya Perseroan menawarkan 15% saham untuk memperoleh dana sampai dengan Rp5 triliun. Namun kemudian Presiden Direktur Andrew K. Labbaika mengatakan perseroan akhirnya memutuskan untuk menawarkan 1,6 miliar saham, atau maksimal 10% atau sekitar 1,7 miliar saham dengan kisaran Rp1.430-Rp1.970 per saham. Pengurangan ini membuat maksimal dana terkumpul menjadi Rp3,35 triliun.

Cikarang Listrindo berencana menggunakan 70% dari hasil IPO untuk penambahan kapasitas pembangkit listrik, baik pada fasilitas yang sudah ada ataupun yang baru. Perseroan berencana membangun pembangkit listrik tenaga gas dan uap, atau berbahan bakar batubara. Kapasitasnya kini sudah 755MW pembangkit bertenaga gas bumi. Dengan dana IPO, Perseroan akan bangun 109MW pembangkit bertenaga gas bumi dan 280MW yang bertenaga batubara.

Selain itu, sebanyak 30% sisa dana IPO akan dimanfaatkan untuk kebutuhan modal kerja perseroan. Dana ini diharapkan mendukung operasi perseroan yang terkait beban umum dan administrasi, beban penjualan, dan pendanaan.

Perseroan menunjuk empat penjamin pelaksana emisi efek (lead underwriter), yaitu PT Indo Premier Securities, PT Citigroup Securities Indonesia, PT Deutsche Securities Indonesia, dan PT UBS Securities Indonesia.

Perseroan juga mengadakan program employee stock allocation (ESA) sebanyak 3% dari jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO atau sebanyak 76,65 juta saham.

Setelah IPO, kepemilikan PT Udinda Wahanatama dalam Cikarang Listrindo menjadi 30,92% dari sebelum IPO yang sebanyak 36,38%. Sedangkan kepemilikan PT Brasali Industri Pratama terdilusi menjadi 27,04% dari 31,81%, PT Pentakencana Pakarperdanna menjadi 27,04% dari 31,81%, dan masyarakat akan menguasai 14,55% dan karyawan 0,45%.

About the author

Rowena Suryobroto


Warning: count(): Parameter must be an array or an object that implements Countable in /home/frmwrk/public_html/clients/ascend/wp-includes/class-wp-comment-query.php on line 405

1 Comment

Click here to post a comment

Follow Us

Most Viewed

Indexes