Inalum, induk usaha Holding BUMN, akan tingkatkan kapasitas menjadi 1 juta ton di tahun 2025. Itu bagus, namun bagaimana dengan permintaannya? Apakah ada permintaan sebesar itu selama jangka panjang? Jangan sampai peningkatan kapasitas ini hanya akan menghabiskan energi listrik sia-sia.
Sekarang kapasitas produksi PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum) adalah 265.000 ton per tahun. Perusahaan akan meningkatkannya menjadi 500.000 ton per tahun pada 2020-2021 awal. Lalu pada 2025 bisa menjadi 1 juta ton aluminium ingot per tahun. Hal ini disampaikan Presiden Direktur PT Inalum, Winardi Sunoto di Kemenperin, Kamis (15/9/2016). Untuk itu, Inalum akan bangun 1 lokasi smelter baru yaitu di Kalimantan Utara atau Kalimantan Barat. Nilai investasi diperkirakan US$ 1,5 miliar.
Dari sisi permintaan ada kabar yang menggembirakan, namun ada pula yang membuat waspada. Norsk Hydro, produsen aluminium asal Norwegia memprediksi permintaan aluminium global akan tumbuh 4 – 5 % tahun ini. Sebagian besar pertumbuhan yang mengejutkan itu berasal dari aktivitas tak terduga di China, sampai dengan 5 – 7%. Selain itu pertumbuhan industri dan permintaan akan otomotif juga mengangkat permintaan akan aluminium. Sementara itu di India, Aluminium Association of India (AAI) and Crisil Research memprediksi konsumsi aluminium India akan mencapai 5 juta ton pada tahun 2020 dan 8 juta ton di 2025. Kini angka itu hanya di 3,2 juta ton
Namun pada saat yang sama, harus diwaspadai bahwa China sebagai sumber pertumbuhan permintaan juga merupakan produsen aluminium terbesar. Perlambatan pertumbuhan China dan peningkatan kapasitas di negeri itu dapat membuat volatilitas harga yang besar di dunia.
Add Comment