Pembentukan holding BUMN tambang diestimasi akan meningkatkan skala bisnis Aneka Tambang Tbk (ANTM), Timah Tbk (TINS), dan Bukit Asam Tbk (PTBA). Total aset holding ini mencapai Rp 70 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, saat ini aset PTBA mencapai Rp 16,62 triliun, ANTM Rp 29,85 triliun, TINS Rp 8,76 triliun, dan Inalum Rp 14,3 triliun.
Tedy Badrujaman, Direktur Utama ANTM, mengatakan pembentukan holding akan meningkatkan skala bisnis, diversifikasi bisnis, posisi, likuiditas keuangan, serta efisiensi biaya operasi. Integrasi dan konsolidasi BUMN tambang juga akan meningkatkan profil cadangan sumber daya mineral dan batubara yang dimiliki melalui eksplorasi maupun akuisisi.
“Holding BUMN pertambangan akan mendukung optimalisasi program hilirisasi sumber daya alam, menciptakan perusahaan pertambangan nasional yang dapat bersaing secara global dan tumbuh menjadi perusahaan tambang besar di dunia,” ujar Tedy.
Aloysious Kiik Ro, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, mengatakan pembentukan holding merupakan langkah pemerintah sebagai pemegang saham untuk memperkuat kinerja dan merestrukturisasi BUMN pertambangan. Di bawah Inalum yang 100% sahamnya dimiliki pemerintah, konsolidasi BUMN pertambangan dinilai akan lebih cepat, optimal, dan terkontrol. (*)
[…] Emiten yang berbeda dengan lainnya adalah Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) tbk (PTBA). PTBA mencatat pertumbuhan pendapatan 3,8% walaupun laba bersihnya turun 27%. Pertumbuhan penjualan ini berasal dari makin besarnya kapasitas produksi listrik di Indonesia. Sama dengan rekomendasi untuk menghindari China, maka PTBA baru akan menjual kembali batubara ke China pada triwulan III atau IV tahun ini. Dengan diimplementasikannya holding tambang, bottom-line PTBA diharapkan akan makin baik. […]