Pertanyaan terakhir yang diajukan pada seri ini adalah mengapa Inalum? Inalum adalah perusahaan yang ditunjuk untuk menjadi holding BUMN tambang. Padahal Inalum sendiri bukanlah perusahaan tambang. Ia adalah perusahaan pelebur aluminium serta pengelola PLTA.
Kenapa Inalum?
Inalum juga adalah BUMN termuda setelah kontrak perjanjian kerjasama dengan Jepang berakhir. Bahkan mungkin sedikit yang tahu singkatan dari Inalum: PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero). Kapasitas peleburan aluminiumnya adalah 225.000 ton dengan kualitas aluminium 99.70% dan 99.90%.
Dengan dijadikannya Inalum sebagai holding BUMN tambang, maka diharapkan ada perkembangan ke arah peleburan bahan tambang. Selama ini Indonesia dikenal sebagai eksportir bahan tambang, terutama timah dan batubara. Akan tetapi nilai tambah yang diperoleh Indonesia sangatlah kecil. Hal tersebut terjadi karena Indonesia tidak mampu untuk mengolah bahan mentah itu.
Terlepas dari kemungkinan itu, ada baiknya kita memetakan tantangan-tantangannya.
- Inalum adalah industri pengolahan bahan tambang. Kinerjanya dipetakan secara berbeda dengan pemetaan industri tambang. Persyaratan yang harus dipenuhinya pun berbeda dengan ketiga calon anak usahanya. Ini berpotensi menimbulkan masalah, bila tidak ditangani dengan baik.
- Inalum pada awalnya adalah perusahaan joint venture Jepang-Indonesia. Perbedaan budaya kerja dapat secara tajam menimbulkan tantangan yang berbeda ketika sebagai holding BUMN harus mengelola 3 perusahaan lainnya.
- Inalum sebelumnya dan kini memiliki pasar tetap, yaitu Jepang. Hal ini mengurangi kapabilitasnya untuk membentuk daya saing produk. Jangan sampai hal ini mengurangi daya saing ketiga BUMN yang berada di bawah manajemennya.
Untungnya, kinerja Inalum dapat dikatakan baik. Hal ini akan mempermudah prosesnya untuk diterima sebagai holding BUMN Tambang.
Add Comment