ITRI memprediksi harga timah global hanya akan berkisar di US$ 22.000 – 23.000 per metrik ton sampai tahun 2020. Sementara itu Badan Pengawas Perdagangan Komoditi Berjangka (Bappebti) mencatat ekspor timah nasional turun 10.000 metrik ton jadi 29.000 metrik ton. Apa dampaknya bagi emiten timah nasional, Timah (Persero) tbk (TINS)?
Sentimen negatif ini menurunkan harga target rata-rata analis untuk TINS menjadi Rp500, atau memiliki potensi downside sampai dengan 37,5%. Apalagi sampai semester 1 ini, TINS mengalami kerugian sampai dengan Rp32,9 miliar.
Proyeksi ITRI tentang harga timah ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pasokan karena berbagai masalah produksi di seluruh dunia. Peter Kettle, market manager ITRI, melihat bahwa industri timah sedang mencari keseimbangan baru. Keseimbangan baru itu diperkirakan terbentuk tahun 2020 di mana harga timah akan menyentuh US$ 22.500.
Sementara itu Bappebti melihat bahwa penurunan ekspor timah Indonesia disebabkan oleh kehadiran sumber baru, yaitu Myanmar. Myanmar memang belum bisa jadi pemain dunia karena kualitasnya masih rendah. Sementara itu produksi Tiongkok dan Peru juga turun. Menurutnya, walaupun Indonesia masih dominan di dalam perdagangan timah dunia, akan tetapi cadangan Indonesia sudah akan habis dalam waktu 10 – 15 tahun.
Add Comment