Rasio belanja modal terhadap pendapatan (Capex/Sales) beberapa emiten berkapitalisasi besar di sektor tambang tampak turun dari tahun ke tahun. Kecuali Aneka Tambang tbk (ANTM) yang tahun ini tampak melakukan belanja modal yang besar, emiten-emiten sektor tambang berisiko terjebak ke dalam lingkaran setan karena kecilnya rasio Capex/ Sales ini.
Belanja modal adalah aktivitas di mana perusahaan memperoleh aset fisik baru atau mengganti aset yang sudah usang yang akan menciptakan nilai di masa mendatang. Membandingkan belanja modal dengan pendapatan akan memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan berinvestasi untuk masa depannya.
Sektor tambang yang sudah beberapa tahun belakangan ini menghadapi masa-masa sulit. Karenanya tak heran banyak dari mereka terdorong untuk memperkecil belanja modal untuk mempertahankan operasi yang sekarang. Sayangnya strategi ini hanya efektif dalam jangka pendek. Sebaliknya mereka akan terjebak kepada lingkaran setan di mana mereka hanya akan menghabiskan potensi mereka saat ini, dan tidak menciptakan potensi baru di masa depan.
Sementara tahun 2014 adalah tahun tersulit – ini tampak dari angka rata-rata yang terendah dibandingkan lainnya — tahun 2016 diwarnai dengan cukup banyak perbedaan. ANTM misalnya melakukan belanja modal yang cukup besar, terutama untuk pembangunan smelter. Demikian pula Dian Swastatika Sentosa tbk (DSSA) yang melakukan belanja modal besar. DSSA fokus kepada ekspansi pembangkit listrik. Belanja modal Medco Energi Internasional tbk (MEDC) juga cukup tinggi pada tahun ini setelah ia melakukan pengurangan aset pada tahun lalu.
Sebaliknya emiten-emiten lain nampak melakukan pengetatan ikat pinggang. Vale Indonesia tbk (INCO) malah melakukan penyusutan aset yang tampak dari belanja modal negatif. Timah Indonesia tbk (TINS) tidak melakukan belanja modal sama sekali.
Add Comment