Belanja modal (capital expenditure atau capex) infrastruktur di Indonesia diprediksi akan mencapai US$ 264 miliar atau setara 30%-35% PDB pada periode 2016-2020. Pembangunan infrastruktur akan mengurangi biaya logistik, meningkatkan produktivitas, dan memicu pertumbuhan yang kuat di sektor konsumer mass market dalam 10 tahun ke depan.
Maybank, bank terbesar keempat di ASEAN dari sisi aset, memperkirakan kondisi makro ekonomi Indonesia sangat mendukung pembangunan infrastruktur. Suku bunga yang rendah memungkinkan pendanaan proyek infrastruktur yang kompetitif, inflasi stabil pada kisaran 3,5%-4% dalam dua tahun terakhir, dan nilai tukar rupiah membaik. “Pemerintah Indonesia berhasil menjaga defisit anggaran di bawah 3% PDB dan mengeluarkan kebijakan untuk mempercepat implementasi proyek infrastruktur,” ujar Taswin Zakaria, Presiden Direktur Maybank Indonesia.
Sekitar 70% pendanaan capex infrastruktur atau US$ 190 miliar berasal dari swasta domestik maupun luar negeri, sisanya 30% disediakan pemerintah. Pasar modal menjadi sumber pendanaan alternatif bagi capex infrastruktur.
“Pasar obligasi maupun pasar saham di Indonesia relatif under leveraged dibandingkan pasar lainnya di ASEAN dan memiliki kapasitas yang signifikan untuk mendanai beberapa proyek infrastruktur,” kata John Chong, CEO Maybank Kim Eng Group. Chong memprediksi akan ada peningkatkan penerbitan medium term notes untuk pembiayaan proyek infrastruktur.
Maybank Kim Eng merupakan sole lead arranger untuk Programme Onshore MTN US$ 300 juta yang diterbitkan Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Perusahaan juga menjadi exclusive financial advisor dan mandated loan arranger untuk pembiayaan proyek batubara listrik 300 MW di Medan yang dibangun oleh Mabar Elektrindo. (*)
[…] infrastruktur mungkin adalah yang paling semangat untuk target 2017. Bahkan menurut Maybank Kim Eng, total belanja modal industri infrastruktur dapat mencapai Rp 3.432 triliun selama tahun 2016 – 2020, atau Rp686 triliun per tahun. Sejalan […]