NPL Gross Naik, Saham BBNI Tertekan

Harga saham PT Bank BNI Tbk (BBNI) didera aksi jual setelah perusahaan merilis laporan keuangan semester I 2016, akhir pekan lalu. Rasio non performing loan (NPL) gross BBNI mencapai 3% akibat downgrading kredit kepada PT Trikomsel Tbk (TRIO) dan disinyalir menjadi penyebab investor melepas saham tersebut. Sejumlah sekuritas merekomendasikan hold saham BBNI.

Laporan keuangan BBNI pada kuartal II 2016 menunjukkan NPL gross meningkat 20 basis poin menjadi 3% dari 2,8% pada kuartal I 2016. Total nilai NPL BBNI mencapai Rp 2,8 triliun, sebagian besar dikontribusikan kredit kepada TRIO sebesar Rp 1,3 triliun. Manajemen BBNI mengatakan kuartal II 2016 merupakan puncak dari NPL tahun ini sedangkan pada semester II 2016 diharapkan NPL berangsur-angsur turun. Perseroan menaikkan pencadangan dua kali lipat menjadi Rp 3,3 triliun untuk meminimalisasi risiko pemburukan NPL.

PT Samuel Sekuritas Indonesia menilai tekanan terhadap kualitas aset BBNI masih terasa hingga kuartal III 2016. Meski demikian, kinerja BBNI secara umum relatif kuat dengan pertumbuhan kredit sebesar 24% yoy menjadi Rp 357,22 triliun. Laba bersih bank melonjak 79,9% menjadi Rp 4,37 triliun tetapi baru mencapai 39% dari ekspektasi Samuel Sekuritas terhadap laba bersih perusahaan. Oleh karena itu, Samuel Sekuritas merekomendasikan hold saham BBNI dengan target harga Rp 5.500.

PT Bahana Securities juga merekomendasikan hold saham BBNI dengan target harga Rp 6.000. Pada sesi pertama perdagangan Senin (25/7), harga saham BBNI melemah 1,9% ke level Rp 5.200. (*)