Selamat…. Perusahaan Anda sudah IPO…!!!
Lalu apa? Nyatanya setelah IPO, nilai perusahaan bukannya naik, melainkan turun. Ini jelas dari harga saham paska IPO yang di bawah harga IPOnya. Seharusnya BEI dapat melakukan beberapa hal untuk peningkatan kualitas persiapan sebelum IPO. Persiapan yang lebih baik akan dapat meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan sekaligus memberikan dana segar optimal bagi perusahaan.
BEI menetapkan target IPO 35 emiten pada tahun ini, walaupun jelas sulit tercapai seperti dibahas di “Target IPO 2016 Sulit Tercapai?” . Satu alasan adalah faktor eksternal yang tak dapat dikendalikan. Namun ada pula faktor yang dapat dikendalikan namun belum dioptimalkan, yaitu persiapan sebelum IPO.
Melihat grafik di bawah jelas bahwa perusahaan-perusahaan yang telah IPO tidak meningkatkan nilai pemegang saham, malah menggerusnya. Rata-rata pergerakan harga saham turun dalam waktu 2 tahun – kecuali beberapa saham yang naiknya tidak wajar. Kenaikan rata-rata pada hari pertama di bursa adalah 20% dari harga IPO. Namun 1 tahun kemudian turun 10% dari penutupan hari pertama dan pada akhir tahun ke 2 turun 53%.
Ke depannya, bila perusahaan ingin mencari dana lagi, maka prosesnya sama rumit dengan IPO. Padahal IPO seharusnya mampu untuk menaikkan kekuatan merek, reputasi, serta profil perusahaan di publik serta meningkatkan akses pendanaan. Tak heran disebut bahwa “IPO di Indonesia Hanya ‘One-time Go’” .
Seringkali hal ini disebabkan oleh terlalu mahalnya harga IPO sehingga tidak ada ruang bagi capital gain pemegang saham, seperti yang terjadi di IPO Cikarang Listrindo (POWR) dan telah dibahas pada artikel “IPO Cikarang Listrindo, Layakkah Harganya Mahal?” .
Atau kebalikannya, seperti PP Properti (PPRO) yang kinerjanya baik namun dijual terlalu murah. Ini menyebabkan sugesti yang sulit dilepaskan dari pasar kecuali bila ada yang memulainya. Baca juga “PPRO ‘Akhirnya’ Tiba di Harga Wajar”.
Ada juga yang disebabkan karena ternyata kinerja perusahaan buruk. Lihat saja Graha Layar Prima (BLTZ) yang kini ingin rights issue, padahal “Sejak IPO Pemegang Saham Blitz Megaplex Tidak Dapat Apa-apa”.
Persiapan menjelang IPO seharusnya dapat lebih optimal dibantu oleh BEI yang telah menelurkan lebih dari 500 emiten. Persiapan matang dari aspek restrukturisasi keuangan, perencanaan stratejik, organisasi dan sumber daya manusia, dan terutama penguatan nama dan brand perusahaan akan sangat membantu harga saham bertahan paska IPO.
BEI mesti lebih waspada dengan hal ini, apalagi dana repatriasi akan mendorong munculnya emiten-emiten baru di bursa. Baca lengkapnya di “Akankah BEI Banjir IPO di Semester Kedua?” dan “Siapkah BEI Kelola Repatriasi Dana Tax Amnesty?” .
Add Comment