Pelaksanaan referendum Britain Exit (Brexit) pada 23 Juni 2016 akan menyebabkan peningkatan volatilitas transaksi di bursa global, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI). Brexit juga berpotensi menyebabkan rupiah terdepresiasi lebih dalam sehingga investor akan menahan diri dalam transaksinya.
Taye Shim, Head of Research Daewoo Securities Indonesia, mengatakan dampak langsung Brexit terhadap ekonomi Indonesia tidak signifikan karena Inggris bukan salah satu dari 15 negara yang memiliki transaksi dagang besar dengan Indonesia. Namun, yang perlu diwaspadai adalah dampak tidak langsung yang berupa tren peningkatan volatilitas yang terlihat pada indeks VIX yang berada di level 18 poin. Hal ini menunjukkan pelaku pasar mengekspektasikan peningkatan risiko. Bank of England pada pekan lalu juga merilis pernyataan yang menyebutkan ketidakpastian yang disebabkan oleh referendum Brexit adalah risiko terbesar yang dihadapi pasar keuangan global dalam jangka pendek.
Stephanus Turangan, Direktur Utama PT Trimegah Securities Tbk (TRIM), mengatakan Brexit berpotensi menekan nilai tukar rupiah hingga melemah dibanding posisi saat ini di level Rp 13.260 per dolar AS. “Seperti tahun lalu ketika rupiah melemah ke level Rp 14.000 per dolar AS, aktivitas transaksi saham menurun karena orang menahan diri untuk trading,” ujar Stephanus. Meski demikian, fundamental ekonomi Indonesia dinilai cukup kuat dan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu sehingga mampu menghadapi gejolak yang timbul akibat sentimen negatif Brexit. (*)
Add Comment