Keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa atau Brexit akan meningkatkan volatilitas global. Brexit juga dapat mengganggu perdagangan di Eropa dan menyebabkan penurunan permintaan barang serta jasa dari emerging markets, termasuk Indonesia. Riset PT Henan Putihrai Sekuritas memprediksi volatilitas ini menyebabkan investor menghadapi risiko tingginya depresiasi rupiah.
Meskipun aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi dan saham masih positif, non deliverable forward (NDF) rupiah tenor 12 bulan menunjukkan rupiah diperdagangkan dengan diskon 7% terhadap dolar Amerika Serikat. Ini menunjukkan potensi rupiah melemah lebih jauh terhadap dolar AS cukup besar. Rabu (15/6), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 13.390. Secara year to date, aliran modal asing ke pasar saham domestik mencapai Rp 6,09 triliun sedangkan di pasar obligasi mencapai Rp 81,27 triliun.
Kontribusi Eropa terhadap ekspor Inggris mencapai 51%. Jika Brexit terjadi, Henan Putihrai Sekuritas memprediksi trade barrier akan meningkat, pajak, dan cukai akan menjadi sentimen negatif untuk ekspor Inggris sehingga akan berpengaruh pada kestabilan pertumbuhan ekonominya. Negara berkembang yang memiliki transaksi dagang besar dengan Inggris dan Uni Eropa pun akan merasakan dampaknya. Contohnya, China yang total ekspornya ke Uni Eropa mencapai 16%, dengan kontribusi Inggris, Jerman, dan Belanda masing-masing 3%. Per April 2016, ekspor nonmigas Indonesia ke Uni Eropa (27 negara) mencapai US$ 1,15 miliar.
Selain isu Brexit, keputusan Federal Reserve (The Fed) mengenai kenaikan suku bunga juga ditunggu para pelaku pasar. Henan Putihrai Sekuritas merekomendasikan agar investor tetap selektif memilih saham, fokus pada saham berbasis defensive play dengan katalis jangka panjang dan neraca yang kuat. Pilihan saham HP Sekuritas antara lain ACES, LPPF, JSMR, WSKT, BSDE, dan CTRA.(*)
Add Comment