PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menerbitkan obligasi senilai US$ 350 juta atau setara Rp 4,78 triliun di Singapura. Transaksi ini berisiko membuat perusahaan terikat pada beberapa covenant yang mungkin akan membatasi kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha, memenuhi kebutuhan modal, atau meraih peluang bisnis di masa depan. Di sisi lain, penerbitan obligasi ini akan membuat likuiditas perusahaan di masa mendatang akan lebih baik dibandingkan dengan rata-rata industri tekstil sehingga profitabilitasnya akan lebih baik.
Berdasarkan analisis dampak keuangan, menajemen menyatakan perbandingan current ratio dan quick ratio sebelum dan sesudah transaksi hanya naik 0,01 kali atau tidak signifikan. Dari sisi solvabilitas, perbandingan debt to equity ratio (DER) dan fixed charge coverage (FCC) juga tidak signifikan sebesar 0,07% dan 0,03 kali. Laporan keuangan perusahaan per Desember 2015 menunjukkan DER perusahaan mencapai 1,83 kali sedangkan FCC di bawah 2,5 kali.
Dalam prospektusnya, perusahaan akan menerbitkan obligasi tersebut melalui Golden Legacy Pte Ltd, perusahaan yang didirikan dan tunduk pada hukum di Singapura yang 100% sahamnya dikuasai oleh Sri Rejeki Isman. Perusahaan berencana menggunakan dana hasil penawaran obligasi itu untuk membeli kembali (buyback) utang senior yang akan jatuh tempo 2019 melalui penawaran tender senilai US$ 180,2 juta. Sisanya digunakan untuk membayar pinjaman modal kerja serta mendukung usaha perusahaan. Utang yang akan di-refinancing memiliki bunga 9% setahun sedangkan obligasi yang diterbitkan menawarkan bunga 8,25% per tahun dan akan jatuh tempo pada 2021. Pembeli awal obligasi ini adalah Citigroup Global Markets Singapore Pte Ltd dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Ltd cabang Singapura. (*)
Add Comment